Ratusan warga memadati lapangan mesjid Negeri Morella untuk menyaksikan pesta budayaatraksi pukul sapu lidi di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Pesta budaya yang digelar setiap tanggal 7 Syawal yang jatuh pada 7 April 2025 tersebut selalu menjadi tontonan menarik bagi wisatawan, termasuk dari macanagera. Untuk sampai ke lokasi ini, wisatawan harus menempuh perjalanan kurang lebih 30 km dari Kota Ambon.
Setibanya di lokasi pertunjukan, wisatawan yang datang disuguhi tari-tarian cakalaele, juga tari bambu gila yang menggandung unsur mistis.
Atraksi pukul sapu lidi diawali dengan pukulan perdana oleh gubernur maluku Hendrik Lewerissa
Berkali-kali lidi yang berukuran besar dari pohon enau dicambukkan ke tubuh tak berbaju dari para pemuda Morella yang melakukan atraksi. Sejumlah goresan luka bekas cambukan yang meneteskan darah segar dari tubuhnya, tak membuat para pemuda Morella merasa kesakitan.
Mereka saling mencambuk atau memukul menggunakan sapu lidi, diringi irama musik Totobuang.
Atraksi yang berlangsung kurang lebih setengah jam ini disaksikan ribuan warga. Nampak banyak penonton yang mengabadikan peristiwa unik ini dengan kamera handphone sebagai kenang-kenangan.
Sejumlah peserta bersiap mengikuti atraksi Pukul Sapu dan Tengah mempersiapkan lidi /tulang daun dari pelepah pohon Enau untuk atraksi Pukul Sapu di Morella, Maluku Tengah
Atraksi pukul sapu lidi di Negeri Morella berasal dari cerita perang di Benteng Kapahaha Morella (1637-1646). Ketika kapitan dan malesi (pengawal) dari Pata Siwa Pata Lima dan rakyat yang berasal dari berbagai daerah berjuang di Kapahaha selama 9 tahun. Mereka harus mengakui kekuatan angkatan perang Belanda. Setelah kalah perang dan ditawan selama 3 bulan, para kapitan dan malesi melakukan upacara pelepasan pejuang dengan memperagakan atraksi pukul sapu lidi. Luka-luka akibat sabetan sapu lidi merupakan simbol perjuangan melawan penjajah.
Usai melakukan atraksi pukul sapu lidi, sambil berpelukan, mereka berikrar untuk salin kenang dan menetapkan setiap tanggal 7 Syawal melakukan atraksi tersebut. tradisi ini terpelihara apik di Negeri Morella hingga sekarang. Atraksi ini merupakan suatu asset budaya bangsa yang nilai historisnya harus dilestarikan dalam konteks upaya membangun budaya nasional.
Cara Bermain Atraksi Sapu Lidi
Atraksi ini dilakukan dengan membagi dua regu pemuda. Tiap regu berjumlah sekitar 10 orang dengan memakai celana pendek, bertelanjang dada, serta memakai pengikat kepala merah (kain berang). Sebelum masuk ke arena, mereka harus berkumpul di rumah pusaka marga Wakang (Pessy) untuk melakukan prosesi adat. Saat di arena, kedua regu saling berhadapan, tiap orang memegang batang lidi dari pohon Enau. Lidi harus berukuran besar (lingkaran pangkal 0,5 cm dan bonggolnya selebar 3-5 cm). Kedua regu saling pukul sampai berdarah secara bergantian, luka-luka itu merupakan simbol perjuangan melawan penjajah. luka bekas pukulan kemudian diobati secara tradisional dengan menggunakan getah daun jarak.
kondisi badan pemain setelah atraksi senin/17/April/2025 desa morellaDaun jarak sudah digunakan secara turuntemurun dalam tradisi adat atraksi Pukul sapu Lidi. Cara pemakaiannya cukup sederhana—petik tangkainya hingga mengeluarkan getah, lalu getah tersebut dioleskan langsung ke bagian tubuh yang luka. Getah daun jarak dipercaya dapat membantu mengeringkan luka, mengurangi rasa perih, serta mencegah infeksi.”
No comments:
Post a Comment